My Journey So Far and a Plan to Bring Gender Diversity into the Tech Community

This blog post is written for the application of Toptal Scholarships for Women (Europe, 2019). For details of the scholarship see https://www.toptal.com/scholarships-for-women. When I was studying in…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Cermin

Tak terasa sudah tiga tahun ini aku bercengkrama bersama mereka, Orang-orang yang kuanggap sebagai keluarga.

Tak terasa juga sudah banyak kisah yang telah tertulis bersama oleh mereka.

Juga tak terasa sudah banyak cangkir kopi yang telah habis untuk menemani kita untuk bercerita tentang kisah masing-masing.

Merekalah orang-orang yang mengajarkanku dan juga membantuku dalam melewati banyak hal selama tiga tahun ini.

Mereka adalah cerminku.

Cermin adalah sebuah benda yang memantulkan cahaya dari objek tertentu untuk nantinya ditangkap oleh mata, hasil pantulan cahaya itulah yang biasanya menghasilkan gambaran akan bagaimana objek yang ada di depan cermin tersebut. Mungkin bisa dibilang — Refleksi dari objek di depannya.

Seperti yang dijelaskan mengenai konsep dari cermin, ketika kita berada didepan cermin, cermin itu hanyalah merefleksikan objek yang ada di depannya, sebagaimana mestinya.

Cermin juga tidak akan merefleksikan hal lain, baik suka maupun tidaknya ia terhadap ketidaksempurnaan dari objek yang ada didepannya. Dia akan tetap apa adanya tanpa sedikitpun mendistorsi objek yang ia tangkap.

Satu-satunya cara agar cermin itu tidak merefleksikan objek tersebut adalah dengan menjadi remuk atau pergi.

Cahaya oranye pun mulai mengintip dari celah jendela kamarku. Menyinari dan menghangatkan ruangan ini bersamaan dengan matahari yang perlahan menampakkan dirinya sebagai tanda datangnya fajar.

Aku yang sedang saat ini berdiri dihadapan sebuah cermin sembari mencoba untuk meresapi setiap definisi dari cermin itu. Hanya ada keheningan, aku dan refleksiku di ruangan ini. Detik jarum jam yang perlahan bergerak secara pasti dan membuat jarum panjang jam berpindah sedikit demi sedikit. Semakin lama, suara detik jarum jam itu menyadarkanku dari lamunan panjangku. Bersamaan dengan berakhirnya lamunanku ini, akupun tersadar bahwa cermin itu tidaklah berubah, yang tergaambarkan pada cermin itu hanyalah refleksiku dan pembuktian pasti akan semua definisi rumit itu.

Mulai kusadari bahwa mereka memanglah cerminku. Dengan merekalah aku dapat menjadi siapa aku sebenarnya, tanpa takut mereka akan membenci tabiat asliku.

Dengan apa adanya mereka, memberitahu bagaimana aku sebenarnya berperilaku juga bertutur kata, dan juga bagaimana aku sebaiknya memperbaiki diriku ini.

Ya, mereka membuka mataku tentang arti sebuah pertemanan.

Add a comment

Related posts:

5 Things mentally strong people do!

Being an emotionally or mentally strong person is not an easy task, and I am still in the process. But it always helps to know what we can do in order to get through situations. And I came across a…

En constante cambio

Si me conoces bien y lo haces desde ya algún tiempo, creo que lo más probable es que te hayas dado cuenta de cuánto me he distanciado de todo en general los últimos meses, a partir de que empezó el…

How to buy DCT with HiBTC

DCT is classified as a platform cryptographic asset. The circulating supply increases only through block rewards that are earned by the delegated witnesses. The live data shown here is taken from…