Mayorista De Blusas De Broderie En Cordoba

Feliver Mayorista de Ropa de Mujer. Blusas de broderie. Feliver es una marca que está inspirada en un estilo boho romántico, que trabaja con piezas de distintos géneros como el Broderie, el guipur…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Masalah Kesehatan Mental sebagai Tantangan Masa Depan

oleh Hana Fathiyah - 16520036 - STEI - Keluarga 110

Kesehatan mental kini menjadi pusat perhatian kita semua. Pasalnya, di masa kini, terutama di era pandemi COVID-19, masalah kesehatan mental marak terjadi di lingkungan sekitar kita. Baik kita sadari maupun tidak, masalah kesehatan mental ini tentunya menjadi tantangan untuk kita di masa yang akan datang.

Menjawab masalah tantangan di masa depan. Konsep VUCA dapat menjadi jalan untuk membantu kita memahami tantangan masa depan. Di tulisan ini, Hana akan sedikit mengulas implementasi konsep VUCA untuk menjawab tantangan di masa depan, khususnya dalam masalah kesehatan mental.

See the source image
image from: https://cdn-images-1.medium.com

VUCA didefinisikan sebagai sifat tantangan masa depan. VUCA adalah “kacamata” yang dapat membantu kita memahami tantangan yang akan kita hadapi. VUCA ini merupakan singkatan dari empat huruf yang masing-masing memiliki makna yang berbeda.

V didefinisikan sebagai Volatility, yakni suatu hal yang cenderung berubah secara tiba-tiba.

U didefinisikan sebagai Uncertainty di mana konsep ini menggambarkan suatu hal yang tidak reliable, tidak diketahui, dan apabila diketahui, informasi tersebut tidak lengkap sehingga gambaran besarnya menjadi tidak diketahui. Singkatnya, U ini menggambarkan ketidakjelasan suatu akar permasalahan yang terjadi.

C ini didefinisikan sebagai Complexity yakni keterhubungan (interconnectivity) setiap komponen dengan komponen lainnya dalam suatu sistem. Maksudnya ialah adanya dampak dari sebuah permasalahan di berbagai bidang yang terkait di dalamnya.

A didefinisikan sebagai Ambiguity, yakni suatu hal yang memiliki multiple meanings, sehingga terdapat banyak kemungkinan yang ada.

Seperti yang telah kita ketahui, dalam kehidupan kita ini, kerap terjadi peristiwa besar yang berdampak bagi diri kita. Peristiwa ini dapat berdampak baik, dapat pula berdampak buruk, sesuai persepsi kita masing-masing. Contoh sederhananya ialah permasalahan pandemi COVID-19 yang merubah tatanan hidup kita semua. Beberapa orang mengeluhkan peristiwa ini benar-benar berdampak bagi kesehatan mentalnya. Sederhananya, segala hal kini dilakukan melalui platform daring. Keterbatasan akses pun menjadi hambatan. Banyak pula terjadi PHK di berbagai perusahaan akibat dampak dari pandemi ini. Keterbatasan akses, keterbatasan finansial, dan keterbatasan lainnya tentunya memiliki dampak besar yang akhirnya berpengaruh bagi kesehatan mental beberapa orang.

Aspek VUCA selanjutnya ialah Uncertainty. Terkadang isu kesehatan mental ini dianggap hal yang biasa sehingga kurang direspon oleh sebagian orang. Beberapa orang pun kurang memahami dirinya sendiri sehingga terkadang bingung untuk mencari asal penyebab masalah kesehatan mental pada dirinya. Banyak pula yang langsung melakukan self-diagnose di mana ia menyatakan sendiri bahwa dirinya mengalami mental-disorder tanpa berkonsultasi kepada pakarnya. Hal ini banyak terjadi, terutama di media sosial. Banyak orang yang mengakui bahwa dirinya adalah seorang bipolar, dirinya adalah seorang skizofrenia, dan lain sebagainya.

Aspek VUCA yang terakhir ialah Ambiguity, yakni kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi di masa depan. Segala permasalahan yang akan terjadi kedepannya tentunya kita tidak dapat memprediksi. Maka dari itu, kita perlu mempersiapkan diri kita, terutama mental kita, untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada di masa depan.

Pertama, kita perlu memiliki skills atau keterampilan untuk dapat menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal ini kita perlu memerhatikan tiga aspek penting, yakni sensemaking, decision making, dan getting critical. Sense making ialah perlunya kita memiliki sense terhadap lingkungan sekitar. Decision making ialah kita perlu dapat mengambil keputusan. Tentunya keputusan yang kita pilih perlu dipertimbangkan lebih matang lagi agar kita dapat beradaptasi di masa yang akan datang dengan permasalahan yang tentunya akan lebih kompleks lagi. Getting critical adalah kita perlu bersikap kritis terhadap apapun. Terutama sebagai mahasiswa, critical thinking ialah hal yang penting untuk dikuasai.

Yang terakhir, kita perlu memiliki traits atau sifat yang harus dimiliki untuk menghadapi tantangan di masa depan. Sifat yang pertama ialah growth-mindset, yakni pola pikir yang harus selalu berkembang. Yang kedua ialah always be learning, yakni selalu belajar. Jadikanlah semua pengalaman yang kita lalui sebagai pembelajaran untuk kehidupan yang lebih baik bagi kita kedepannya. Terakhir ialah anti-alpha, yakni tidak menjadi ‘pakar’ sendirian, tapi berkoneksi dan bekerja sama dengan pihak lain. Sebab, skill yang diperlukan untuk kedepannya ialah bagaimana interaksi kita dengan orang lain dan sejauh apa manfaat kita untuk negeri ini.

Cimahi, 20 September 2020

Hana Fathiyah

#TantanganMasaDepan #DuniaVUCA #OSKMITB2020 #TerangKembali

Add a comment

Related posts:

What I learned from my startup experiment

My name is Stan Bradbury, Founder of Graffiti (www.graffitiover.com). The individual who helped me run this experiment are Steve Sherman (https://trello.com/szsherman). The link to my specific…

Earn EVEN tokens worth 100 USDT and more

Cross-Chain Interaction Protocol (CIP) is a protocol for secure cross-chain transactions, including transferring, exchanging, and storing digital assets. Safe of Digital Assets (SoDA) is a…

How to Build a RabbitMQ Cluster on Raspberry Pi

In this blog post I will show you how to build and configure a 5-node Raspberry Pi cluster and use RabbitMQ’s clustering capabilities on the above to scale the message broker horizontally…