A Hole in One

I stood transfixed at the sight of the half-naked anime girl, posing wantonly on the cover, a little in awe of this brazen act of disregard. It was a lovely fall afternoon. Leaves were fluttering in…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Semangat

Hari itu Senin. Mentari belum sepenuhnya menampakkan diri, lorong sekolah pun masih sepi, bahkan lampunya belum menyala. Tapi sesosok manusia sudah aktif berjalan di lorong itu sampai akhirnya ia berhenti di depan pintu kelasnya.

Manusia itu Yeon Si Eun, dengan kebiasaannya yang selalu datang lebih pagi dari siapapun bahkan guru-guru di sekolah ini pun tak segan ia balap kedatangannya. Entahlah, hening dan gelap memang sudah sangat menyatu dengan dirinya. Walau tak semua, biasanya dua hal itu ditakuti oleh sebagian besar insan-insan di bumi. Namun Si Eun termasuk ke dalam sebagian kecil insan yang tak menakuti hal itu, bahkan ia merasa begitu lekat dengan dua hal itu.

Pintu kelas terbuka, dan objek pertama yang menyambut pandangannya adalah sesosok manusia lain yang juga termasuk ke dalam sebagian kecil insan yang cinta hening dan gelap; Ahn Soo Ho, pacarnya.

Pemuda itu tengah duduk di bangkunya, tersenyum setelah melihat Si Eun seolah ia memang sudah menunggunya entah sudah berapa lama — Si Eun juga tak peduli.

Si Eun menatap datar pemuda yang duduk di bangku paling belakang itu, kemudian ia menyalakan lampu kelas dan berjalan lurus ke arah bangkunya.

Si Eun membuka tasnya, mengeluarkan alat tulis, buku pelajaran dan earpods kemudian memulai rutinitas belajar paginya.

“Ga liat aku apa?” Ucap Soo Ho dari bangkunya. Si Eun mendengarnya, tentu. Dan ia menghiraukannya.

Terdengar langkah kaki yang semakin mendekat ke arah Si Eun setelah pertanyaan tadi terlontar. Masih, Si Eun masih menghiraukannya. Namun Soo Ho itu selalu penuh dengan kejutan, yang sayangnya kejutan dari pria itu selalu menyebalkan. Contohnya sekarang. Soo Ho menempelkan pipinya ke pipi Si Eun, sampai telinga mereka pun ikut bersentuhan walau tak sepenuhnya karena dihadang oleh earpods yang dikenakan Si Eun.

Sebal, jelas. Si Eun kemudian menoleh dan memasang tampang sebal khasnya yang tetap terlihat datar. Tapi Soo Ho dengan segala cintanya pada Si Eun tentu bisa membedakan ekspresi kekasihnya itu.

“Kamu dengerin lagu di playlist aku ya?” Tanya Soo Ho dengan senyum jahil. Ya, itu tujuannya menempelkan pipi sampai telinganya juga ikut bersentuhan dengan Si Eun; ingin tahu lagu apa yang sedang kekasih cantiknya dengar.

Mendengar pertanyaan itu, Si Eun mengembalikan pandangannya ke lembaran-lembaran ilmu di atas meja.

“Kan kamu yang suruh.”

Tanpa Si Eun ketahui, Soo Ho tersenyum simpul. Memandang kekasihnya teduh kemudian duduk di hadapannya, buat Si Eun kemudian menatapnya bingung.

“Lanjut aja belajarnya, aku cuma mau liatin kamu.”

Karena pagi Soo Ho tak akan lengkap tanpa menatap indahnya Si Eun.

Bel pulang sekolah berbunyi kencang yang kemudian disahut teriakan lega para siswa yang juga tak kalah kencang.

Selepas membereskan barang-barangnya, Si Eun berjalan kearah Soo Ho yang tertidur pulas di bangkunya. Tangan si manis terangkat lalu menepuk pelan pundak sang gagah.

“Hah? Kenapa? Apa?”

Kaget, karena berbagai kata tanya langsung keluar dari mulut Soo Ho. Juga ekspresinya yang nampak begitu.

“Udah pulang,” Jawab Si Eun.

“Ooh.”

“Mau langsung ke tempat kerja?”

Soo Ho menguap lebar, ngulet hingga badannya sedikit gemetar kemudian menatap manusia yang melontarkan pertanyaan di sebelahnya lalu mengangguk seraya beranjak bangun dari bangkunya.

Si Eun menatap Soo Ho diam. Berantakan. Soo Ho berantakan khas bangun tidur sekali di matanya. Kerah jaket serta rambutnya yang naik, bekas jiplakan bantal yang masih tercetak jelas di wajahnya, dan berbagai ‘berantakan’ lainnya.

“Kenapa liatin aku? Mau dianter pulang?” Tanya Soo Ho yang kemudian dibalas gelengan pelan oleh Si Eun. Soo Ho mangut-mangut lalu mengambil tasnya.

Kelas saat itu sedang sepi, tak ada orang. Yang bertugas piket sedang pergi ke kamar mandi untuk membasuh kain pel. Tanpa babibu, tangan si manis terangkat. Menurunkan rambut, merapikan kerah jaket serta mengelus pelan wajah sang gagah.

“Semangat.” bisik Si Eun kemudian ia berjalan keluar kelas meninggalkan Soo Ho yang termangu. Diam mematung atas tindakan Si Eun barusan. Beberapa sekon kemudian berteriak kencang sampai siswa-siswa yang baru saja dari kamar mandi terkejut karena teriakan pria itu.

Energinya penuh, semangatnya tak akan berkurang sepersen pun hari ini. Soo Ho bisa menjamin itu.

Add a comment

Related posts:

Write for the right reasons

They would work it out themselves at the right time. In the meantime, we wanted them to enjoy the wonders of as many childhood Christmases as possible. I think I was six or seven when my older…

Why So Anxious To Make The Rich Richer?

Facebook giveth and Facebook taketh away. One of the first memes that hit the social media giant during the coronavirus pandemic was supportive of the stay at home orders many states were putting in…

Keeping up with the viruses

The evolutionary battle between viruses and the immune system is essentially a high-stakes arms race. The immune system makes antiviral proteins, called restriction factors, which can stop the virus…